bpe.telkomuniversity.ac.id — Pada 11 Apri 2022, Dr.Eng. Indra Chandra, S.Si., M.Si., dosen Teknik Fisika Telkom University, telah menginguti the 9th Workshop on East Asia Nanoparticle Monitoring Network (EA-NanoNet-9) & the 9th Workshop on Environmental Issues related to Agriculture and Agro-industries in Southeast Asia (EIAA-9) in Collaboration with JSPS-NRCT Bilateral Program and JICA-JST SATREPS Program.
Penyelenggaraan workshop yang ke-9 terkait dengan pemantauan aerosol/partikulat, khususnya partikel nano, serta isu lingkungan terkait pertanian dan agribisnis di Asia Timur/Tenggara tersebut dilakukan secara virtual (daring). Tahun ini kegiatan dilakukan dengan pemaparan mengenai program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) yang dilakukan di Kamboja. Pembahasan dibagi menjadi 3 sesi, yaitu (1) potensi kolaborasi dengan EA-NanoNet dan program SATREPS, (2) perkembangan teknologi alat deteksi nanopartikel, serta manajemeni risiko lingkungan terkait dengan mobilitas masyarakat, serta (3) perkembangan terkini pemantauan udara ambien.
Workshop dibuka oleh Masami Furuuchi dari Universitas Kanazawa (KZU), Jepang. Selain EA-NanoNet, beliau memaparkan program SATREPS yang didanai oleh JSPS-NRCT Bilateral Program dan JICA-JST SATREPS Program. Kegiatan dilakukan di Kamboja dengan aspek penelitian terkait dengan pengembangan platform manajemen risiko dari polusi udara. Ada empat aspek yang dikembangkan selama lima tahun, yakni pemantauan dan analisis polusi udara, akusisi dan managemen data melalui IoT, asesmen risiko lingkungan, dan rekomendasi kebijakan.
Sementara itu, Sirima Panyametheekul dari Chulalongkorn University, Thailand, memaparkan Thailand network center on Air Quality Management (TAQM) untuk memastikan keberlanjutan program udara bersih. Aktivitas yang dilakukan meliputi sumber emisi dan dampaknya terhadap kesehatan, pengembangan perangkat ukur untuk pemantauan udara ambien, serta informasi yang dapat diakses publik untuk meningkatkan level kesadaran masyarakat akan udara bersih, serta rekomendasi untuk pengambil kebijakan.
YIM Raksmey dari Kementerian Lingkungan Kamboja, memaparkan status kualitas udara dan tata kelolanya di Kamboja. Beberpa aktivitas yang telah dan sedang dilakukan diantaranya sumber polusi udara, pemantauan dan pengontrolan polusi udara melalui regulasi, teknologi pemantauan, serta langkah aksi lainnya. Sebagai contoh, sumber emisi (PM2.5) di Kamboja didominasi dari sektor perumahan, limbah, transportasi dan kegiatan industri.
Perkembangan teknologi pemantauan partikel berukuran nano disampaikan oleh Perapong Tekasakul (Prince of Songkla University/PSU, Thailand) dan Kensho Inaba/Mitsuhiko Hata (KZU) dengan metode elektrometer aerosol dan optik. Sedangkan bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi distribusi ukuran partikulat di udara didiskusikan oleh Kento Shibata (KZU) dan Kiyota Hashimoto (PSU). Beberapa pemateri lainnya memaparkan perkembangan terkini terkait penelitian polusi udara di Nepal, penggunaan Artificial Intelligence untuk prediksi kualitas udara, komponen karbon di udara Jambi, Indonesia, pada saat pandemik, pemodelan smart city dengan AQHI, serta pemantauan partikel nano di Thailand. Workshop sehari ini cukup lengkap mengkomunikasikan hasil riset selama 1 tahun terakhir dari berbagai negara, baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi antar instansi dalam dan luar negeri. Sifatnya yang terbuka diantara sesama anggota jejaring ini, memungkinkan kita untuk dapat mengeksplorasi dan meningkatkan kinerja penelitian kedepannya